PENGENALAN ANALYSA TEKNIKAL

Dasar Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah hal yang dipelajari oleh trader atau calon trader untuk mempelajari pergerakan harga. Semakin seseorang menguasai analisis teknikal maka ia akan semakin dekat dengan kebenaran dalam memperkirakan arah pergerakan harga. Oleh karena itu, kita harus terlebih dahulu memiliki dasar analisis teknikal yang kuat.
Pernahkah Anda memperhatikan ada kemiripan bunyi antara ‘forex’ dengan ‘forest’? Nah, sekarang bayangkan bahwa pasar forex itu adalah hutan rimba yang ingin Anda jelajahi. Lalu sekarang, pikirkan apa saja yang harus Anda miliki sebelum menjelajahi hutan rimba itu. Mungkin Anda perlu berpikir untuk mempersiapkan peta dan kompas, juga mungkin senjata untuk menghadapi kemungkinan serangan binatang buas. Jangan lupakan juga senter untuk membantu Anda melihat dalam kegelapan.
Dalam trading, analisis teknikal bisa kita analogikan dengan peralatan yang perlu Anda persiapkan sebelum menjelajahi hutan. Kabar buruknya, pasar itu pada dasarnya sama sekali tidak bisa ditebak karena besarnya volume dan banyaknya peserta pasar. Kabar baiknya, para trader handal terdahulu telah menemukan bahwa analisi teknikal bisa membantu kita untuk memperkirakan pergerakan harga. Memang mungkin tidak akan 100% akurat, namun paling tidak bisa mendekati 100%.

Ada tiga hal yang mendasari analisis teknikal. Tiga dasar tersebut adalah:

1. Market action discounts everything.
Salah satu keuntungan dalam menggunakan analisis teknikal adalah bahwa pergerakan harga (price action) cenderung mencerminkan informasi yang beredar di pasar. Apakah itu rumor atau sentimen. Dengan demikian, maka hal yang kita butuhkan untuk mengambil keputusan adalah pergerakan harga itu sendiri. Jadi kita tidak perlu dipusingkan oleh berita atau rumor, misalnya, mengenai si Anu mau melakukan ini atau itu. Cukup perhatikan price action-nya. Tenang… tenang… nanti akan kita pelajari

2. Prices move in trend.
Harga bergerak dalam tren, begitu katanya. Jadi, bukan cuma fesyen saja yang ada tren-nya. Pergerakan harga juga punya, lho! Maksudnya adalah bahwa pergerakan harga cenderung bergerak dalam arah (trend) tertentu sampai suatu saat tren tersebut akan berakhir. Arahnya bisa naik, turun, atau datar-datar saja. Dengan mengetahui tren pasar, maka kita akan bisa mengambil keputusan yang tepat

3. History repeats itself.
Sejarah selalu berulang. Para technician (sebutan untuk trader ber”haluan” analisis teknikal) menemukan bahwa pergerakan harga cenderung membentuk pola-pola tertentu. Pola-pola ini pun memiliki kecenderungan berulang dari masa ke masa. Dengan demikian, berulangnya pola-pola tersebut bisa dimanfaatkan untuk memperkirakan ke mana arah pergerakan harga selanjutnya berdasarkan “sejarah” yang tercatat ketika pola-pola yang sama muncul di masa lalu.
Analisis teknikal bisa jadi sangat subyektif. Dua orang analis yang mencermati chart yang sama bisa saja memiliki pandangan yang berbeda. Ini bisa terjadi karena keduanya memilikistyle yang berbeda. Subyektivitas ini sedikit-banyak bisa diantisipasi dengan dasar analisis teknikal yang mantap. Hal yang penting saat ini adalah Anda memahami prinsip dasar analisis teknikal dulu, sehingga nanti akan lebih mudah memahami analisis teknikal yang lebih kompleks seperti analisis teknikal berdasarkan teori Fibonacci atau John Bollinger.

Membaca Chart

Dalam dunia trading, ketika orang membicarakan analisis teknikal maka yang pertama kali muncul dalam pikiran adalah grafik (chart). Para technician biasanya memang menggunakan grafik karena memang merupakan cara yang paling mudah untuk memvisualkan data pergerakan harga dari masa ke masa. Kita bisa mencermati grafik untuk membantu kita dalam menentukan tren dan menemukan pola-pola yang berpotensi mengantarkan kita dalam meraih peluang yang luar biasa.
Ada tiga jenis chart dalam teknikal analisis, yang akan kita urai satu per satu.

1. Line chart
Line chart adalah grafik yang paling sederhana yang digambarkan sebagai garis yang menghubungkan harga-harga penutupan. Misalnya: dalam beberapa hari berturut-turut perdagangan ditutup pada harga 100, 200, 150, 250… maka level-level harga tersebut dihubungkan dengan garis lurus. Dengan grafik ini kita bisa melihat pergerakan harga secara umum dalam satu periode waktu tertentu.
Contohnya adalah seperti ini:
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal1.jpg

2. Bar chart
Bar chart sedikit lebih rumit daripada line chart. Chart jenis ini memberikan informasi mengenai harga pembukaan, penutupan, harga tertinggi dan terendah dalam satu periode waktu tertentu. Karena memiliki informasi tersebut, chart ini juga disebut dengan OHLC chart (Open-Hihg-Low-Close). Berikut ini adalah bentuk dasar dari bar chart:
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal2.jpg
Ujung bawah dari chart ini adalah harga terendah yang pernah diperdagangkan dalam periode waktu tertentu, sedangkan ujung atasnya adalah harga tertingginya. Garis vertikalnya mewakili range (rentang) harga dalam periode waktu tersebut. Garis horizontal kecil yang berada di sebelah kanan adalah harga pembukaan sedangkan yang berada di sebelah kiri merupakan harga penutupannya. Pada contoh di atas, hara pembukaan berada lebih rendah daripada harga penutupan. Namun harga pembukaan bisa saja berada lebih tinggi daripada harga penutupan.
Contoh bar chart di grafik adalah sebagai berikut:
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal3.jpg
Secara sederhana bisa kita katakan bahwa satu bar merupakan satu periode waktu, entah itu satu bulan, satu minggu, satu hari, satu jam, atau bahkan satu menit. Tergantung pada kerangka waktu berapa lama kita plot chart tersebut.


3. Candlestick chart
Dinamakan “candlestick” karena memang bentuknya mirip dengan lilin. Nama lengkapnya adalah “Japanese canclestick chart”, karena konon ia berasal dari negeri Sakura. Chart jenis ini menyediakan informasi yang sama persis dengan bar chart, hanya saja “postur” tubuhnya lebih “seksi”.

http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal4.jpg
Biasanya, body dari candlestick chart ini berwarna putih dan hitam. Jika body-nya berwarna putih maka harga open-nya berada di bawah, sebaliknya jika body berwarna hitam maka harga open berada di atas. Jadi, body itu sendiri menggambarkan jarak antara harga pembukaan dengan penutupan dalam satu periode waktu tertentu.
Candlestick yang harga open di bawah harga close biasa disebut dengan bull candle. Dalam analisis teknikal, istilah “bullish” digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga yang naik. Untuk menggambarkan pergerakan harga yang turun, digunakan istilah “bearish”, sehingga candlestick yang memiliki harga open di atas harga close disebut bear candle.Gunakan saja “jembatan keledai” ini agar lebih gampang mengingatnya: BULL = naik, BEAR = turun.
Tapi jika Anda menganggap warna hitam dan putih ini kurang “stylish”, Anda bisa menggantinya dengan warna yang Anda sukai. Kombinasi warna lain yang sering digunakan misalnya adalah merah untuk bear candle dan biru untuk bull candle. Ingat, Anda akan banyak menghabiskan waktu mengamati chart, sehingga warna yang menarik bagi Anda akan membantu menghilangkan kejenuhan. J Yang penting, Anda tahu bagaimana caa membedakan antara bull candle dengan bear candle.
Coba lihat contoh candlestick berikut ini:
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal5.jpg

Bagaimana, lebih menarik bukan? Atau Anda punya pilihan warna lain? Silakan ekspresikan “warna” Anda. Banyak trader lebih suka menggunakan chart jenis ini karena lebih membantu secara visual untuk mengenali harga open, close, high dan low daripada bar chart.
Di bawah ini adalah contoh tampilan grafik pergerakan harga menggunakan candlestick chart:
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal6.jpg

Support dan Resistance
Sekarang kita akan melangkah lebih dalam lagi ke hutan yang akan kita jelajahi. Kita akan mencoba untuk memahami dan mengenali apa itu “support” dan “resistance”.
Mungkin Anda masih ingat konsep supply and demand (penawaran dan permintaan)? Ketika permintaan (demand) naik dan penawaran (supply) turun, maka harga akan naik. Sebaliknya jika penawaran (supply) naik dan permintaan (demand) turun, harga akan turun. Begitulah kata guru ekonomi semasa SMP dulu.
Nah, pada kenyataannya, harga mata uang di pasar selalu bergerak naik dan turun. Hal ini juga dipengaruhi oleh supply dan demand atas mata uang tersebut. Kemudian, ada suatu waktu di pasar di mana harga berhenti bergerak naik atau berhenti bergerak turun. Ini tentu karena demand atau supply-nya sudah tidak cukup besar untuk menyebabkan harga naik atau turun.
Dalam analisis teknikal, kita bisa mengantisipasi kapan kira-kira supply atau demand semakin besar. Caranya adalah dengan mengenali level support dan resistance itu tadi.
Support merupakan suatu area level harga di mana pada level tersebut DEMAND cukup besar untuk menahan turunnya harga. Pada level ini, harga cenderung berhenti bergerak turun dan kemungkinan besar akan naik lagi. Bahasa praktisnya, support adalah level yang diperkirakan akan menahan pergerakan bearish.
Sedangkan resistance merupakan suatu area level harga di mana pada level tersebut SUPPLY cukup besar untuk menghentikan naiknya harga. Pada level ini, harga cenderung berhenti bergerak naik dan kemungkinan besar akan turun lagi. Bahasa praktisnya, resistance adalah level yang diperkirakan akan menahan pergerakan bullish.
Sekarang mari kita lihat gambar berikut ini:
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal7.jpg
Contoh di atas memperlihatkan garis zig-zag membentuk grafik yang bergerak ke atas. Ketika harga bergerak naik dan kemudian turun lagi, maka titik tertinggi yang dicapai sebelum turun lagi itulah yang disebut dengan resistance. 
Ketika harga bergerak naik lagi, maka titik terendah yang dicapai sebelum harga bergerak naik lagi itu kita sebut sebagai support. Seperti itulah kita menentukan level support dan resistance seiring dengan pergerakan harga yang naik turun sepanjang waktu.
Perlu diketahui juga bahwa level support dan resistance tidak harus merupakan level yang pasti. Artinya, wajar jika beberapa trader berselisih beberapa angka ketika menentukan support dan resistance. Yang penting, support dan resistance tersebut berada di kisaran angka yang tidak terlalu jauh jaraknya.
Resistance menjadi support, support menjadi resistance
Jangan bingung. Memang demikian adanya. Begini ceritanya….
Meskipun di awal pembahasan support dan resistance ini dikatakan bahwa level-level tersebut mampu “menahan” laju pergerakan harga, namun tidak berarti bahwa level-level tersebut akan abadi selamanya. Suatu support tak akan lagi mampu menahan pergerakan turun jika ternyata pada saat itu demand sudah tak lagi cukup besar. Kebalikannya, hal yang sama juga akan terjadi pada resistance, di mana supply tak lagi cukup besar untuk menahan pergerakan naik.
Bayangkan Anda berdiri di salam suatu ruangan. Ada lantai dan langit-langit. Langit-langit ruangan kita analogikan sebagai resistance, sedangkan lantai kita analogikan sebagai support. Di tangan Anda ada sebuah bola golf. Anda melemparkan bola golf itu ke atas hingga menyentuh langit-langit. Jika lemparan Anda tidak cukup kuat, maka bola golf itu akan memantul lagi ke bawah. Tapi jika lemparan Anda cukup kuat, maka langit-langit tersebut akan jebol. Begitulah kira-kira.
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal8.jpg
Jadi, ketika resistance “jebol” maka harga akan terus bergerak naik. Resistance yang tadinya berada DI ATAS harga, sekarang posisinya sudah berada DI BAWAH harga. Pada saat itulah ia berubah menjadi support.
Demikian juga dengan support. Ketika support “jebol” (break) maka harga akan terus bergerak turun. Support yang tadinya berada DI BAWAH harga, sekarang posisinya sudah berada DI ATAS harga. Pada saat itulah, ia menjelma menjadi resistance.

Trend Line

Trend line merupakan tool yang sangat lazim digunakan dalam analisis teknikal. Bahkan perannya sangat penting, karena strategi trading yang paling baik itu adalah trading yang mengikuti tren pergerakan harga. Jika kita bisa menggambar trend line dengan tepat, maka garis tersebut bisa sama akuratnya dengan metode trading yang lain. Maka persiapkan diri Anda untuk lebih mengenali garis sederhana yangdisebut trend line ini, yang sayangnya banyak sekali diabaikan oleh para trader. Banyak sekali trader yang masih salah dalam menggambar trend line, padahal garis yang sederhana ini adalah inti analisis teknikal bersama support dan resistance.
OK, sebelum melangkah lebih jauh, kita akan bahas jenis-jenis tren dulu. Pada dasarnya hanya ada tiga tren: naik (uptrend), turun (downtrend) dan datar (sideways). Kita akan bahas satu per satu.

1. Tren naik (uptrend)
Sederhana saja: tren naik (uptrend) adalah keadaan ketika harga sedang bergerak naik. Tapi tetap ada prasyarat untuk menentukan bahwa pasar berada dalam uptrend. Coba perhatikan gambar berikut.
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal9.jpg
Keterangan gambar: P = Peak, T = Trough, HP = Higher Peak, HT = Higher Trough
Prasyarat uptrend adalah adanya sederetan PEAK (puncak) yang semakin tinggi dan TROUGH (lembah) yang juga semakin tinggi. Karena ada kata “sederetan”, maka mestinya ada lebih dari satu. Artinya, minimal harus ada dua puncak DAN dua lembah yang SEMAKIN TINGGI.


2. Tren turun (downtrend)
Tidak perlu rumit-rumit: tren turun (downtrend) adalah keadaan ketika harga sedang bergerak turun. Tapi sebagaimana uptrend, ada prasyaratnya juga.
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal10.jpg
Keterangan gambar: P = Peak, T = Trough, LP = Lower Peak, LT = Lower Trough
Prasyarat downtrend adalah adanya sederetan PEAK (puncak) yang semakin lembah dan TROUGH (lembah) yang juga semakin rendah. Karena ada kata “sederetan”, maka harus ada lebih dari satu. Artinya, minimal harus ada dua puncak DAN dua lembah yang SEMAKIN RENDAH.


3. Datar (sideways)
Nah, ini juga sederhana. Sideway itu artinya pergerakannya bukan uptrend dan bukan downtrend. Artinya apa? Ya datar-datar saja. Tetap ada naik dan turun tapi hanya terbatas di range tertentu. Dengan kata lain, harus ada pada uptrend maupun downtrend tidak bisa kita temukan.
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal11.jpg
Keterangan gambar: P = Peak, T = Trough, LP = Lower Peak, HT = Higher Trough,
LT = Lower Trough
Kita sudah mengetahui cara mengenali tren, sekarang barulah kita akan mencoba lebih akrab lagi dengan trend line.
Untuk bisa menggambar trend line dengan baik, tentu harus dikenali dulu tren-nya. Pada keadaan uptrend, gambar trend line dengan menghubungkan minimal dua titik lembah (trough). Sedangkan pada keadaan downtrend, gambarlah trend line dengan menghubungkan minimal dua titik puncak (peak).
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal12.jpg
Gambar di atas merupakan sebuah up trend line yang ditarik menghubungkan dua titik lembah. Pada saat ini, trend line tersebut berperan sebagai support. Tembusnya trend line tersebut merupakan sinyal awal bahwa up trend kemungkinan akan berakhir.
Gambar di bawah ini merupakan trend line yang ditarik pada saat down trend. Di sini trend line berfungsi sebagai resistance. Tembusnya trend line tersebut kemungkinan merupakan indikasi bahwa down trend akan berakhir.
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal13.jpg
Kalau sideway bagaimana? Gambarlah dua garis horizontal yang sebisa mungkin masing-masing menghubngkan minimal dua puncak/lembah.
Setelah itu apa lagi yang harus digambar? Ya sudah, hanya itu saja. Sederhana kan? Makanya cukup aneh kalau ada trader yang mengaku profesional tapi salah dalam menggambar trend line.
Di bawah ini adalah contoh penggambaran trend line:
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal14.jpg
Dari contoh gambar di atas kita bisa lihat bahwa dalam pergerakan harga bisa terjadi beberapa kali perubahan tren. Perhatikan bahwa secara umum, gambar di atas memperlihatkan tren naik yang kita sebut sebagai major trend.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Ada setidaknya empat hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan trend line ini.
  • Jangan memaksa untuk menggambar trend line yang di-“valid-valid”-kan. Kalau memang tidak mungkin bagi kita untuk menggambar trend line yang valid, carilah alternatif lain untuk menggambarnya. Initinya: jangan maksa!
  1. Trend line yang valid menghubungkan paling tidak dua puncak atau lembah, namun untuk mengkonfirmasi trend line itu sendiri kita membutuhkan titik puncak atau lembah ke-tiga.
  2. Semakin miring trend line yang kita gambar, maka tingkat kekuatannya akan semakin berkurang dan akan semakin mudah tembus.
  3. Trend line akan semakin valid jika semakin banyak titik yang dihubungkan olehnya.

Channel

Channel merupakan salah satu tool analitik yang merupakan pengembangan dari trend line. Cara menggambarnya cukup sederhana, kita tinggal menduplikasi trend line yang telah kita buat. Langkahnya, pertama kali kita gambar terlebih dahulu trend line sesuai dengan arah trennya. Pada gambar di bawah ini, contohnya kita menarik trend line pada saat uptrend.
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal15.jpg
Lalu, kita tarik garis yang sejajar dengan trend line tersebut. Garis ke dua ini kemudian kita proyeksikan sehingga menghubungkan titik-titik puncaknya. Sama halnya dengan trend line, garis ini minimal harus menghubungkan dua puncak. Jadilah sebuah UP CHANNEL atau juga sering disebut sebagai ASCENDING CHANNEL. Sederhana kan?
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal16.jpg
Sedangkan untuk menggambar sebuah DOWN CHANNEL; atau sering disebut sebagai DESCENDING CHANNEL; sama sederhananya dengan menggambar bullish channel. Pertama, gambar dulu trend line yang menghubungkan minimal dua puncak. Lalu buat garis yang sejajar dengan trend line tersebut menghubungkan minimal dua lembah. Di bawah ini adalah contoh down channel.
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal17.jpg
Meskipun sederhana, channel ini sangat berguna. Channel ini nantinya bisa kita manfaatkan untuk memperkirakan area buy atau sell. Kedua garis channel berfungsi sebagai support dan resistance. Garis yang berada di atas berfungsi sebagai resistance, sedengkan garis yang di bawah berfungsi sebagai support. Untuk lebih mudah dalam penyebutannya, kita sebut saja kedua garis tersebut sebagai garis support dan garis resistance.
Ketika harga berada di area garis support, maka kita bisa mencoba untuk mencari konfirmasi berupa sinyal bullish untuk melakukan buy, dengan target di garis resistance. Waspadalah jika harga tembus ke bawah garis support. Jika hal itu terjadi, ada baiknya untuk mempertimbangkan untuk melepas transaksi tersebut. Tentu saja ini nanti juga harus melihat perkembangan situasi pasar. Mengenai hal ini akan kita bahas nanti, di topik yang lebih lanjut.
Begitu pula ketika harga berada di area garis resistance. Pada saat itu kita bisa mencoba untuk mencari konfirmasi sinyal bearish untuk melakukan sell dengan target di garis support. Tentu saja kita harus waspada jika garis resistance tembus setelah kita melakukan sell.
Sideways Channel
Ada kalanya harga bergerak sideways, sehingga kita tidak bisa menggambar up channel atau down channel dengan baik. Dalam keadaan seperti ini, kita bisa menggambar channel yang mendatar. Kita sebut channel seperti ini sebagai sideways channel atau ranging channel.
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal18.jpg
Di bawah ini adalah contoh grafik yang menyajikan ketiga jenis channel yang telah kita bahas, yaitu up channeldown channel dan sideways channel.
http://interpan.oceaniamart.com/assets/images/media/teknikal19.jpg
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment